Liverpool. Mendengar
nama ini tentu kita langsung bisa menerka apa makna dari kata tersebut. Ya,
sebuah club besar Inggris yang kaya akan sejarah dengan 18 titel juara liga
Inggris dan 5 trofi liga Champions. Tapi itu semua seolah hanya menjadi kisah lampau
yang sepertinya akan sulit diulang, setidaknya untuk musim depan. Melihat
kenyataan ini fans Liverpool sepertinya sudah mulai maklum dengan nasib club
“merah” tersebut walaupun mereka tiada henti mendukung tim kota pelabuhan.
Melihat beberapa
tahun kebelakang, tampaknya fans tidak hanya harus terbiasa dengan prestasi
Liverpool yang seakan jalan ditempat dan cenderung mundur perlahan, tapi fans
juga “dipaksa” membiasakan diri untuk melihat pemain incaran clubnya di”tikung”
oleh club lain. Ya, tikung menikung tidak hanya terjadi di arena balapan MotoGP
atau F1 saja, melainkan dalam hal transfer pemain sepak bola yang selalu
menjadi komoditas utama ketika kompetisi sedang rehat.
Istilah tikung
menikung dalam transfer pemain sejatinya sudah lama terjadi, tapi apa yang
dialami Liverpool beberapa tahun ini sangat membuat hati fansnya merintih,
mengingat cukup banyak pemain yang sudah hampir pasti berlabuh di Liverpool
mengurungkan niatnya pada detik-detik terakhir penandatanganan kontrak.
Mungkin yang masih ganjal
dalam benak para Kopites adalah ketika awal musim lalu, Loic Remy yang sudah
bersedia pindah ke Liverpool, sudah menjalani tes medis, sudah pula dia senang
bukan kepalang bisa bergabung dengan club besar, tapi pada akhirnya ia malah
berpaling ke rival Liverpool asal London, Chelsea. Tidak ada yang salah dengan
striker asal Perancis tersebut, tidak ada pula perjanjian yang dilanggar antara
kedua belah pihak, namun club berjuluk The Reds tersebut berdalih bahwa Remy
tidak lulus tes medis. Sebuah alasan yang menurut beberapa kalangan ( termasuk
saya ) terlalu mengada-ada. Dan pada akhir musim ini Liverpool pun mendapatkan
karma hasil dari “pembuangan” Loic Remy ke Chelsea, karena Remy bersama The
Blues nya berhasil meraih gelar juara BPL.
Lain Remy lain pula
Alexis Sanchez, pemain yang di gadang-gadang menjadi pengganti sepadan Luis
Suarez ini nyatanya lebih memilih Arsenal ketimbang Liverpool. Sanchez yang
sempat dikatakan masuk kedalam klausul transfer Suarez ke Barcelona nyatanya
lebih memilih Arsenal, dia menilai Arsenal sangat serius ingin meminangnya
ketimbang Liverpool yang seakan masih ragu memilih antara dia dan Samuel Eto’o.
padahal saat itu Liverpool lebih difavoritkan mendapatkan pemain Chili tersebut
ketimbang meriam London tersebut. Ketika Eto’o tidak menggubris permintaan
Liverpool, club Merseyside ini pun kembali berpaling ke Sanchez yang pada saat
itu sudah mulai berangkat ke London, dan dengan tegas Sanchez mengatakan sudah
terlambat untuk Liverpool.
Berbicara
tikung-menikung pemain incaran Liverpool, maka Totenham Hotspurs lah yang
berada di garis terdepan, bagaimana tidak, dalam semusim saja tercatat 4 pemain
yang nyaris ke Liverpool berpindah haluan ke club London Utara tersebut
didetik-detik akhir transfer. Masih sangat berbekas dalam ingatan fans
Liverpool ketika Eric Lamela, Roberto Soldado, Cristian Erikssen, dan Gylfi
Sigurdsson secara serentak berbelok arah ke Spurs disaat The Anfield Gank sudah bersiap menyambut kedatangan mereka di
Liverpool.
Totenham yang pada musim 2013 menjadi club
kaya dadakan berkat penjualan mega bintangnya, Gareth Bale mampu meyakinkan
pemain-pemain tersebut dengan mahar yang lebih mahal dari yang ditawarkan
Liverpool tentunya. Sejenak, para Kopites
pun sangat membenci tingkah pola manajemen Spurs yang hanya mencontek club
rival dalam membeli pemain baru. “praktek” ini pun berbuah sial bagi mereka
yang pada musim 2013-2014 terjerambab diposisi 9 dan dari deretan bintang yang
didatangkan, praktis hanya Erikssen yang mampu bermain cemerlang.
Selain Totenham, club
ibukota lainnya yang bermukim di London Timur, Chelsea juga sempat menikung
Liverpool demi mendatangkan pemain Shaktar Donetsk asal Brazil, Willian Borges.
Pada musim 2013-2014, Willian yang sudah tak betah di Ukraina akibat konflik
berkepanjangan dengan Rusia, sudah memastikan diri akan pergi ke Inggris untuk
melanjutkan karirnya, disaat media hingar bingar dengan kabar transfernya ke
Liverpool, sang pemain justru merubah tujuan destinasinya yang semula di
jadwalkan mendarat di John Lennon Airport, malah “belok” ke bandara Heathrow di
London untuk berseragam biru Chelsea.
Tidak hanya di
Inggris musuh Liverpool dalam bursa transfer, tetapi juga datang dari Jerman,
tepatnya di kota Nordrhein-Westfalen yang dihuni club besar jerman, Borussia
Dortmund. Ketika itu, tepatnya 2013 – ya, lagi-lagi 2013 – Liverpool yang
sedang gencar mendekatkan diri pada pemain Shaktar Donetsk lainnya, Henrikh
Mkhitaryan terpaksa gigit jari. Pendekatan yang dilakukan selama sebulan lebih
itu pun hanya menghasilkan kehampaan bagi Liverpool, karena pemain asal Armenia
tersebut lebih memilih berseragam kuning-hitam kebesaran Dortmund ketimbang
“jubah” merah Liverpool. Mkhitaryan saat itu bisa dikatakan hampir pasti
bermain untuk Liverpool, bahkan sang pemain sudah melayani permintaan fans The Kop yang ingin jersey merah
Liverpool ditantangani oleh pemain terbaik Armenia tersebut. Tapi apa mau di
kata, sang pemain nyatanya tak berjodoh dengan club pelabuhan Inggris tersebut
dan kini ia sudah mendapatkan kebahagiannya di Signal Iduna Park.
Pada awal musim
depan, setidaknya tanda-tanda “tikungan” masa lalu masih menghantui kubu The
Kop ketika club berjuluk The Reds tersebut harus berlomba dengan Manchester
United untuk mendatangkan bintang muda Belanda Memphis Depay dari PSV Eindhoven.
Red Devils yang mempunyai modal kuat dalam diri Louis Van Gaal, pelatih Depay
di Timnas Belanda jelas berada diatas angin, hubungan emosional yang terjalin
antara keduanya membuat Liverpool hanya mengharapkan keajaiban kalau Depay tega
berpaling dari Van Gaal. Liverpool yang dari awal memang tidak diunggulkan
mendapatkan Depay pada akhirnya harus merelakan pemain masa depan Belanda
tersebut berbaju setan merah dan lagi-lagi harus rela ditikung untuk kesekian
kalinya. Mungkin sedikit berbeda “kasus” Depay dengan beberapa pemain incaran
Liverpool lainnya, karena memang MU lah yang mulai melakukan pembicaraan pada
si pemain, MU juga yang diunggulkan dalam perburuannya, bukan Liverpool.
Secercah harapan
muncul ketika secara mengejutkan, Liverpool menyalip United dalam perebutan
Roberto Firmino dari Hoffenheim. MU yang dari awal sudah merancang kedatangan
Firmino ke Old Trafford nyatanya harus tertunduk lesu ketika melihat pemain
Brazil itu malah menyetujui proposal yang ditawarkan Liverpool padanya. Harga
29 juta pound pun menasbihkannya menjadi pemain termahal yang dibeli dari
Bundesliga.
Terdapat sedikit
cerita menarik dari transfer Depay ke Mu dan Firmino ke Liverpool, yang mana,
bukan uang yang menjadi pemulus langkah mereka, melainkan sosok senegara yang memiliki
peran besar didalamnya. Ketika Depay ke United berkat sosok Meneer Van Gaal
yang sama-sama dari Belanda, maka Liverpool harus berterima kasih kepada
Coutinho, rekan seperjuangan Firmino di timnas Brazil yang memanfaatkan
kebersamaan mereka di Copa Amerika 2015 yang sedang berlangsung di Chile.
Bahkan sang pemain sendiri mengungkapkan kalau Coutinho lah yang
“mempengaruhinya” agar mau mengabdi di Anfield untuk jangka waktu 5 tahun
kedepan.
Keberhasilan
Liverpool menikung Firmino dari MU seakan menimbulkan euphoria tersendiri dalam benak penggemar The Kop. Fans yang selama
ini terpaksa bungkam dengan ketidakbecusan Liverpool dalam menjaga pemain
incarannya, pada akhirnya bisa bernafas lega dengan kecerdikan club menyalip
United, terlebih club yang ditikung adalah musuh abadi mereka. Sah-sah saja Kopites merasa jumawa dengan
keberhasilan ini, tidak salah pula mereka meluapkan kegembiran dengan sedikit
menyindir fans MU yang memang sudah yakin sebelumnya kalau pemain yang tubuhnya
dipenuhi tato tersebut akan bergabung dengan United. Karena memang selama ini
Liverpool hanya menjadi “bulan-bulanan” club lain yang begitu nikmat menyalip
Liverpool di tengah jalan negosiasi pemain.
Selama ini club telah
“sukses” membuat fans merasa terpukul dengan kenyataan-kenyataan yang ada
terkait transfer pemain yang gagal di tengah jalan. Maka, sudah sepantasnya
pula, mulai detik ini club membangun kepercayaan diri fans nya mengenai
transfer pemain dengan Roberto Firmino sebagai awal kebangkitan transfer Liverpool
di masa selanjutnya. Dan wajib diingat, bursa transfer baru di buka pada 1 juli
mendatang, tapi Liverpool sudah berhasil “mendaratkan” 6 pemain sekaligus.
Sebuah pencapaian fantastis bagi club yang selama ini selalu “dikadali” oleh
club lain dalam hal pembelian pemain