“Beauty Of Serie A” itulah slogan program sepak bola di salah satu
televisi nasional, meski dalam beberapa tahun ini pamornya sedang merosot,
Serie A Italia masih, dan akan selalu menampilkan keindahan abadi sepak bola.
Bukan tanpa alasan pula
program berita “One Stop Football”
menjuluki Serie A seindah itu. Italia memang terlalu indah untuk dijelekkan,
budaya permainan yang terkesan pengecut dikemas apik dalam bentuk Catenacio, kita dibuat nyaman dengan
rasa bosan yang tak jarang melanda dalam bentuk permainan “santainya”, tak
berdaya pula bagi kita untuk melawan rasa nyaman itu. Karena memang, kebosanan Catenacio lah keindahan sepak bola
negeri pizza sebenarnya.
Meski sempat beberapa
musim kehilangan jati dirinya sebagai liga terbaik di dunia, kecantikan Serie A
Italia tidak pernah benar-benar pudar termakan zaman. Ia selalu memanjakan
indera dengan hal yang tak biasa, juga tak terduga. Gol indah diluar nalar,
aksi mengolah bola yang aduhai, hingga penyelamatan menawan si penjaga gawang, semua
tersaji manis dilapangan hijau.
Terpuruknya tim-tim Italia
dipentas Eropa, ditambah merosotnya presetasi dua tim kota Milan sedikit
banyaknya memiliki andil besar atas runtuhnya kedigdayaan Serie A, belum lagi kasus
Calciopolli pada 2006 lalu, dan
beberapa kasus suap lainnya yang menghinggapi sepak bola italia menjadi momok
tersendiri bagi keberlangsungan liga.
Namun, tampaknya itu hanya
akan menjadi cerita kelabu belaka, cerita yang hanya akan menjadi sepotong
kisah dari sejarah panjang sepak bola Italia. Kini, tim-tim italia mulai
bangkit kembali, tak hanya domestiknya, tapi juga performa tim yang berlaga di
kompetisi Eropa. Tentu masih hangat dalam ingatan bagaimana raja Serie A empat
musim beruntun, Juventus mencapai final liga Champions musim lalu, ditambah keberhasilan
mereka mengalahkan penguasa Liga Inggris, Manchester City di matchday pertama liga Champions pekan
kemarin di Inggris dan keberhasilan AS Roma yang mampu mengimbangi Barcelona di
Olimpico menjadi salah satu contoh bahwa sepak bola Italia mulai kembali
menapaki kejayaan era 90-an.
Menanjaknya pamor Serie A
di pentas Eropa ternyata tak hanya melibatkan club secara keseluruhan,
melainkan individu para pemainnya. Nama Mateo Darmian tentu menjadi sosok
paling mencolok pada bursa transfer musim ini. kesangsian para fans United akan
kehebatan dirinya pun terbayar dengan performa impresif yang ia tunjukkan di
Old Trafford, kini, ia pun menjadi salah satu diantara sedikit pemain asal
Italia yang berhasil menguasai sepak bola Inggris.
Terlalu tradisionalnya cara
bermain pemain Italia menjadi alasan tersendiri bagi para gladiator lapangan
hijau Italia tidak berkutik jika bermain diluar negaranya. Ini pula yang coba digebrak oleh Darmian,
sehingga membuatnya meraih sukses di Manchester United saat ini.
Salah satu masalah yang
sempat menimpa club-club mapan italia adalah masalah finansial yang membuat
Inter dan AC Milan harus melego pemain bintangnya, dan disisi lain, mereka
hanya mampu menggantinya dengan pemain gratisan. Kini, masalah krisis keuangan
sepertinya sudah mulai meninggalkan Serie A, ini bisa terlihat dari aktivitas
transfer Italia yang meningkat dua kali lipat dari musim sebelumnya.
Tidak hanya AS Roma dan
Juventus yang aktif di jendela transfer musim panas, dua saudara sekota, Inter
Milan dan AC Milan pun seakan menggila menghadapi transfer pemain, mereka
kembali sikut-sikutan demi mendatangkan pemain idaman. Jika sebelumnya mereka
hanya mendatangkan pemain berstatus Free
Agent, maka kali ini mereka benar-benar merogoh kantong cukup dalam untuk
mendatangkan pemain seperti Geoffrey Kondogbia, Ivan Perisic, Luiz Adriano, dan
Carlos Bacca yang dibandrol cukup mahal.
Kedatangan pemodal baru
bisa menjadi faktor utama kebangkitan duo Milano
ini, Inter yang sejak tahun lalu dipegang oleh pengusaha tanah air,Eric Thohir
tampaknya mulai menapaki kembali kejayaan era Morrati, sedangkan AC Milan yang
baru memperkenalkan investornya asal Thailand, Mr Bee langsung tancap gas
dengan membeli pemain mahal dan mendatangkan pelatih potensial, Sinisa
Mihajlovic.
Aktivitas transfer yang
begitu masif dari para kontestan mapan ini pun berbanding lurus dengan prestasi
dilapangan. Sejauh ini, Inter Milan yang pada detik terakhir jendela transfer
ditutup masih bisa mendapatkan tiga pemain tambahan bertengger sebagai capolista dengan catatan sempurna,
sedangkan sang tetangga, AC Milan terus menapaki tangga klasemen untuk bersaing
di papan atas.
Kebangkitan lain yang kini
terjadi di Italia adalah meningkatnya performa tim-tim semenjana seperti
Torino, Sambdoria, Fiorentina, bahkan Chievo yang pada pekan kedua lalu
berhasil menjinakkan elang ibukota, Lazio dengan skor mencolok, 4-0. Padahal
beberapa tahun lalu keempat tim tersebut hanya menjadi bulan-bulanan club mapan
Italia dan hanya menjadi penghangat papan tengah dan bawah clasifica, namun sekarang, mereka mulai menghantui tabel klasemen.
Kini, Torino tengah bersanding dibawah Inter Milan di posisi kedua, sementara
sisanya menguntit sejajar dibawah.
Secara tidak langsung,
kemerosotan Serie A diakibatkan oleh kolepsnya dua tim kota mode, sehingga berimbas pada persaingan
yang timpang antar kontestan lain, inilah yang membuat Juventus sangat nyaman,
bahkan terkesan tenang dalam mempertahankan scudetto
nya. Dan, dengan kembali segarnya skuat Inter dan Milan, maka bisa
dipastikan Serie A Italia akan kembali bergaung nyaring seperti sedia kala,
seperti seharusnya.
Setiap dahaga akan
kehampaan pecinta keindahan sepak bola Italia akan kembali tertuang manis dalam
layar kaca. Kita tak perlu lagi sendu menatap masa lalu liga yang sempat
mendayu-dayu, kita bisa bergerak maju sambil menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dari sebuah kemunduran yang luar biasa.
Dan tentu, dengan
terpuruknya kontestan asal Inggris diajang Liga Champions musim ini bisa
dimanfaatkan Italia untuk kembali menempatkan empat wakilnya di kejuaraan terbesar
Eropa tersebut. yang tak kalah penting adalah, kita kembali bisa melihat
Internazionale Milan dan AC Milan bermain di liga Champions, yang menjadi tempat
dimana semestinya mereka berada, demi menjaga marwah “Beauty Of Serie A”.
Forza Calcio