Tampilkan postingan dengan label Persija. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Persija. Tampilkan semua postingan

Senin, 27 Februari 2017

Sebagai warga pinggiran Jakarta yang telah menetap hampir 10 tahun lamanya, terima atau tidak, hal ini telah membuat saya secara otomatis mengikuti langkah Persija Jakarta di kompetisi sepak bola Indonesia. Walaupun bukan penduduk asli Jakarta, mendukung Persija dirasa perlu untuk saya lakukan karena Macan Kemayoran masih bermain di liga tertinggi Indonesia. Agak tidak mungkin rasanya jika saya tetap mendukung Persiraja Banda Aceh yang kini entah di mana rimbanya.

Sebagai Jak Mania karbitan, saya tentu prihatin dengan keadaan Persija beberapa tahun belakangan. Performa tim yang buruk, pula manajemen yang tidak becus mengurus tim telah membuat Persija semakin jauh tertinggal dari lawan klasiknya, seperti Persib Bandung dan Arema Malang. Status sebagai tim ibukota tak berbanding lurus dengan capaian mereka selama ini. Jangankan berprestasi di atas lapangan, membayar gaji pemain saja manajemen masih keteteran.

Seperti kebanyakan tim-tim di Indonesia, kemunduran Persija disebabkan oleh pencabutan dana APBD yang selama ini menjadi sumber uang Persija. Hal ini membuat manajemen harus memutar otak untuk mencari dana segar melalui sponsorship. Celakanya, manuver manajemen macan kemayoran untuk mencari sponsor masih jalan di tempat. Ini bisa kita lihat bagaimana kondisi Persija sekarang yang hanya dihuni oleh pemain muda nir pengalaman, tidak seperti Persija yang dulu kita kenal yang penuh pemain bintang. Hal lain yang mencolok dari Persija adalah kosongnya Jersey mereka dari brand-brand sponsor. Padahal, sekali lagi, mereka tim ibukota.
sumber: fourfourtwo.com
Ini tentu bertolak belakang dengan Persib Bandung yang jersey nya selalu disesaki brand besar. Bahkan 2 musim lalu, Persib harus membagi 2 jersey mereka (saat bermain di AFC Cup dan Liga Super Indonesia) agar semua brand bisa tampak di dada, depan dan belakang, lengan kanan, lengan kiri.

Bukan hanya kalah pamor dari Persib, Persija juga kian tertinggal dari “saudara jauhnya” Arema Malang yang terus mendapat dana baru dari sponsor yang bekerja sama dengan mereka. Dalam mengarungi musim ini saja, Singo Edan sudah kebanjiran brand anyar yang kian membanjiri jubah birunya dengan “iklan”.

Tentu bukan hanya 2 club ini yang sudah mendahului Persija dalam urusan bisnis komersil. Persipura Jayapura, Mitra Kukar, bahkan club baru seperti Bali United dan Bhayangkara FC jauh lebih sehat keuangannya dibanding Persija Jakarta. Sehatnya keuangan beberapa tim di atas juga berbanding lurus dengan performa mereka di atas lapangan dan menjadi garansi pemain bintang agar mau dipinang.

Berkebalikan dengan beberapa tim tersebut, keadaan Persija yang apa adanya – juga – berbanding lurus dengan performa mereka dan kualitas pemain yang dimiliki. Di ajang ISC lalu saja, macan kemayoran hanya mampu duduk di peringkat 14 klasemen akhir. Sekalipun mereka memulangkan Greg Nwokolo dan Emanuel Pacho Kemogne ke ibukota, permainan tim asuhan Zein Alhadad tidak juga membaik sepanjang kompetisi.

Jelang digulirkannya Liga 1 Indonesia, dan telah tersingkirnya mereka dari ajang pramusim bertajuk piala presiden, Persija dituntut untuk terus melakukan pembenahan. Mereka berhasil mendatangkan bek muda potensial, Ryuji Utomo dari Arema dan menyeleksi beberapa pemain luar negeri untuk melengkapi slot pemain asing. Tapi lagi-lagi, pergerakan mereka di bursa transfer masih jalan di tempat karena terkedala tuntutan gaji pemain incaran.

Keberadaan Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan tentu menjadi pertanda bahwa Persija memang tak memiliki pilihan lain selain mempertahankan pemain yang kian dimakan usia. Masalah lain yang tak kalah penting tentu saja kandang Persija. Jakarta, terlebih lagi Jabodetabek memiliki beberapa stadion berstandar internasional, seperti stadion Patriot di Bekasi, Pakansari di Cibinong, dan tentu saja Gelora Bung Karno di Senayan. Tapi Persija selalu terusir dari rumahnya sendiri. Sejak tak lagi menempati stadion Lebak Bulus sebagai home base beberapa tahun lalu, Macan kemayoran mulai akrab sebagai tim musafir selama beberapa musim. Tak jarang Jak Mania harus rela pindah kandang ke Manahan Solo, Gelora Delta Sidoarjo, atau Mangguharjo di Sleman untuk mendukung tim pujaan. Rencana manajemen yang ingin menggunakan stadion Patriot Bekasi pun masih simpang siur kejelasannya karena pengelola stadion meminta mahar sewa lapangan yang tidak kecil nominalnya.

Persija Jakarta. Mungkin hanya mereka club ibukota yang melarat dari semua aspek sepak bola. Seburuk-buruknya performa Hertha Berlin di Bundesliga, mereka masih bisa mendatangkan banyak sponsor dan tak perlu minggat dari Olympiade stadion Berlin. Atau bagaimana keterpurukan negara Yunani yang tidak berdampak banyak pada club ibukota, AEK Athena yang sempat dirundung masalah finansial tapi tetap bertengker di 5 besar liga.


Memang tidak semua tim ibukota berada di papan atas. Tapi tentu saja, apa yang terjadi pada Persija Jakarta, pemegang 1 gelar juara ( sejak era liga), club dengan sejarah panjang, pencetak pemain masa depan Indonesia dan memiliki basis suporter yang luar biasa setia, keadaan sekarang ini tentu menjadi dosa besar yang harus ditebus dengan satu perubahan besar dari semua elemen Persija Jakarta.